Psikoterapi
Disusun oleh :
NAMA : Viky Endrio
NPM : 11509169
KELAS : 3PA04
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012
A.
Rational
Emotive Behavioral Therapy (REBT)
1.
Penemu/Pengembang.
Penemu
REBT adalah Albert Ellis (1913-2007). Teorinya mempunyai kemiripan dengan
terapi kognitif Aaron Beck (yang dirumuskan secara terpisah pada waktu yang
hamper bersamaan) dan terapi mood baru David Burns. Terapi tingkah laku
rasional (RBT), variasi yang menarik dari REBT dirumuskan Maxie Maultsby dan
lebih bersifat tingkah laku.
2.
Sudut
Pandang tentang Sifat Manusia.
Ellis
(2008) percaya bahwa manusia mempunyai kepedulian sosial. Bagaimanapun juga,
REBT juga menganggap manusia “rasional dan irasional, masuk akal sekaligus
gila” (Weinrach, 1980, p. 154). Menurut Ellis (2008), dualitas tersebut
tertanam secara biologis dan berkelanjutan sampai cara berpikir yang harus
dipelajari (Dryden, 1994). Pikiran irasional, atau seperti yang didefinisikan
oleh oleh ellis, keyakinan irasional
(iBs), Melibatkan pembentukan pikiran yang menganggu dan menjengkelkan.
Meskipun
Ellis tidak membahas tahap perkembangan individu, dia berpendapat bahwa
anak-anak lebih gampang terkena pengaruh dari luar dan memiliki cara berpikir
yang tidak rasional daripada orang dewasa. Pada dasarnya bahwa manusia itu
naïf, mudah disugesti, dan mudah terusik. Secara keseluruhan, orang mempunyai
kemampuan di dalam dirinya sendiri untuk mengontrol pikiran, perasaan, dan
tindakan, tetapi pertama-tama di harus menyadari apa yang mereka katakana pada
diri sendiri (bicara pada diri sendiri) untuk
mendapatkan komando atas kehidupannya (Ellis, 1962; Weinrach et al., 2001). Ini
adalah masalah kesadaran pribadi. Pikiran tidak sadar termasuk didalam konsep
Ellis tentang sifat manusia. Lebih jauh lagi, Ellis percaya bahwa adalah suatu
kesalahan, jika orang mengevaluasi atau menilai diri sendiri melebihi gagasan
bahwa semua orang adalah makhluk yang bisa berbuat salah.
3.
Peranan
Terapis.
Pada pendekatan REBT, konselor harus aktif dan
langsung. Mereka adalah instruktur yang mengajarkan dan membetulkan kognisi
kliennya. “Melawan keyakinan yang tertanam kuat membutuhkan lebih dari sekedar
logika. Dibutuhkan repetisi yang konsisten” (Krumboltz, 1992). Oleh karena itu,
konselor harus menyimak dengan cermat untuk menemukan pernyataan tidak logis
atau salah dari kliennya dan keyakinan yang bertentangan. Ellis (1980) dan
walen, DiGuiseppe, dan Dryden (1992) telah mengidentifikasikan beberapa
karakteristik yang cocok untuk Terapis REBT. Terapis harus cerdas, berwawasan,
empatik, respek, tulus, konkret, bertekad bulat, ilmiah, berminat membantu
orang lain, dan pengguna REBT.
4.
Tujuan.
Tujuan utama REBT berfokus pada membantu orang
untuk menyadari bahwa mereka dapat hidup lebih rasional dan produktif. REBT
membanti klien agar berhenti membuat tuntutan dan merasa kesal melalui
“kekacauan.” Klien dalam REBT mengekspresikan beberapa perasaan negative,
tetapi tujuan utamanya adalah membanti klien agar tidak memberikan tanggapan
emosional melebihi yang selayaknya terhadap suatu peristiwa (Weinrich et
al,2001).
Tujuan lain dari
REBT adalah membantu orang mengubah kebiasaan berpikir atau bertingkah laku
yang menghancurkan diri sendiri. Salah satu cara untuk melakukannya adalah
dengan mengajarkan model A-B-C-D-E dari REBT kepada klien :
A. Berarti mengaktifkan pengalaman;
B. Mewakili pendapat orang mengenai
pengalaman tersebut;
C. Adalah reaksi emosional terhadap
B;
D. Adalah menjauhkan pemikiran
irasional, biasanya dengan bantuan terapis REBT, dan menggantikannya dengan
E. Pemikiran yang efektif dan
filosofi pribadi baru yang akan membantu Klien mencapai kepuasaan hidup yang
lebih besar (Ellis, 2008)
Melalui proses
ini, REBT membantu orang belajar bagaimana mengenali suatu anatomi emotional-yaitu, Mempelajari bagaimana peraasan terkait
dengan pikiran. Pikiran mengenai suatu pengalaman dapat dikarakteristikan dalam
empat cara : positif, negative, netral, dan kombinasi.
REBT juga
mendorong klien untuk lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, serta
mengajak mereka untuk mencapai tujuan pribadi. Tujuan tersebut dicapai dengan
mengajak orang belajar berpikir secara rasional untuk mengubah tingkah laku
menghancurkan diri dan dengan membantunya mempelajari cara bertindak yang baru.
5.
Teknik.
REBT mencakup
sejumlah teknik yang beragam. Dua teknik yang paling penting adalah pengajaran dan
pertentangan. Pengajaran melibatkan tindakan meminta klien mempelajari gagasan
dasar dari REBT, dan memahami bagaimana pikiran terhubung dengan emosi dan
tingkah laku. Prosedur ini bersifat instruksi dan mengarahkan serta umumnya
dikenal dengan rational emotive education
(REE).
Pertentangan
pikiran dan keyakinan mengambil salah satu dari tiga bentuk kognitif, imajinal,
dan tingkah laku. Proses tersebut akan sangat efektif jika semua bentuk tadi
digunakan (Walen et al., 1992). Pertentangan
Kognitif melibatkan menggunakan pertanyaan langsung, alasan yang masuk
akal, dan persuasi. Pertentangan imajinal
menggunakan kemampuan klien untuk membayangkan dan menggunakan teknik yang
dikenal sebagai rational emotive imagery (REI)
(Mautsby, 1984). Pertentangan tingkah
laku melibatkan berperilaku dalam suatu cara yang merupakan kebalikan dari
cara yang biasa digunakan oleh klien, termasuk benar-benar melakukan aktivitas
yang dahulunya dianggap mustahil untuk dilakukan. Terkadang pertentangan
tingkah laku dapat berupa biblioterapi, yaitu klien membaca buku swa-bantu
seperti A Guide to Rational or Staying
Rational in an Irrational World.
Dua teknik REBT
lain yang sama kuatnya adalah konfrontasi dan dorongan. Terapis REBT mendorong
klien secara eksplisit untuk meninggalkan proses berpikir yang tidak berguna
dan mencoba REBT. Terapis juga akan menantang klien yang mengklaim bahwa dia
berpikir rasional, tetapi sebenarnya tidak.
6.
Kekuatan
dan Kontribusi.
REBT mempunyai
sejumlah dimensi unik dan penekanan khusus :
a. Pendekatan
ini jelas, mudah dipelajari, dan efektif. Kebanyakan klien hanya mengalami
sedikit kesulitan dalam memahami prinsip ataupun terminology REBT.
b. Pendekatan
ini dapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan tekhnik tingkah laku lainnya
untuk membantu klien mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.
c. Pendekatan
ini relatif singkat dank lien dapat melanjutkan penggunaan pendekatan ini
secara swa-bantu.
d. Pendekatan
ini telah menghasilkan banyak literature dan penelitian untuk klien dan
konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat mengembangkan materi biblioterapi
seperti ini.
e. Pendekatan ini berevolusi terus-menerus,
selama bertahun-tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki.
f. Pendekatan
ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan kesehatan mental yang parah
seperti depresi dan ansietas (Puterbaugh, 2006).
7.
Keterbatasan.
Keterbatasan
pendekatan REBT hanya sedikit tetapi signifikan :
g. Pendekatan
ini tidak dapat digunakan secara efektif pada individu yang mempunyai gangguan
atau keterbatasan mental, seperti schizophrenia,
dan mereka yang mempunyai kelainan pemikiran yang berat
h. Pendekatan
ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya, Albert Ellis. Banyak individu yang
mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.
i.
Pendekatan ini langsung
dan berpotensi membuat terapis terlalu fanatik dan ada kemun gkinan tidak
seideal yang semestinya (James & Gillaland, 2003).
j.
Pendekatan yang
menekankan pada perubahan pikiran bukanalah cara yang paling sederhana dalam
membantu klien mengubah emosinya.
8.
CONTOH
KASUS :
1.
Delores
Mabuk
Suatu
malam Delores benar-benar mabuk dan bertingkah liar dalam sebuah pesta para
gadis. Ketua para gadis tersebut, Kissa, mendekatinya, mengambil bir dari
tangannya, dan berkata padanya kalau dia sudah banyak minum dan tidak
diperbolehkan minum lagi malam itu. Sebagai penganut filosofi REBT. Delores
tahu bahwa dia bisa berpikir dalam satu dari empat cara di atas. Yang paling mudah
adalah negatif : “Kissa seharusnya mengurus urusannya sendiri, bukannya
mengambil minumanku atau memarahiku!”
2.
Keadaan
mental
Jennifer
mengaku merasa tertekan selama 18 bulan dengan suasana hati yang semakin
memburuk dalam 3 bulan terakhir. Ia mengatakan dirinya sebagai orang yang
betul-betul gagal dan sering berfikir untuk bunuh diri. Selera makan yang buruk
dan daya konsentrasai yang rendah. Minat terhadap aktivitasnya berkurang
derastis. Terserang insomnia dan menunjukan suasana hati bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Gladding,
Samuel. (2012). KONSELING:
Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: PT Indeks.
·
Nelson, Richard. 2011. Teori dan Praktik KOnseling dan Terapi.Yogyakarta
: Pustaka Belajar