Senin, 04 Oktober 2010

PENGARUH INTERNET TERHADAP PSIKOLOGI ANAK ANAK

1. INTERNET
Internet adalah jaringan global antar komputer untuk berkomunikasi dari suatu lokasi ke lokasi lain di belahan dunia. Dalam internet terdapat berbagai macam informasi, baik yang baik maupun yang buruk, yang benar maupun yang tidak. Semua informasi itu dapat diakses lewat internet. Penggunaan internet berkembang dengan pesat. Kini masyarakat dapat dengan mudah mengakses internet di warnet atau melalui laptop dengan modem ataupun wireless-connected, bahkan lewat HP. Jumlah pengguna internet pun terus bertambah. Berdasarkan perhitungan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) terdapat sekitar 25 juta pengguna internet. Peningkatan pengguna internet diprediksi akan terus meningkat sekitar 25 persen setiap tahunnya. Departemen Komunikasi dan Informatika mengemukakan, sekitar 50% penduduk Indonesia pada tahun 2015 yang diperkirakan berjumlah 240 juta jiwa, atau sebanyak 120 juta jiwa, diharapkan sudah terhubung dan mampu menggunakan internet. Harapan tersebut sesuai dengan deklarasi World Summit On Informastion Society (WSIS) tahun 2003, dengan point terpentingnya adalah pada tahun 2015 sekitar 50% penduduk dunia harus memiliki akses informasi yang terhubung dan mampu menggunakan internet. Sebuah data menunjukkan bahwa dari jumlah pengguna internet di atas, rata-rata pengguna internet di perkotaan 60% adalah di bawah 30 tahun. Artinya, para pengguna itu adalah anak-anak dan remaja. Internet pun lalu berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan mereka, khususnya para remaja.
  1. 2. PENGARUH INTERNET TERHADAP PERKEMBANGAN REMAJA
Pengaruh internet terhadap perkembangan remaja dapat dilihat lewat empat parameter yakni, perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosional, dan perkembangan sosial.
  • Perkembangan Kognitif
Para remaja sangat aktif membangun dunia kognitifnya. Mereka sudah mempunyai pola pikir sendiri alam menanggapi masalah, memilah-milah dan mengorganisir ide-ide dan menciptakan ide baru. Kemampuan remaja dalam belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa sangat berkembang sehingga mereka dapat berpikir secara abstrak atau tentang sesuatu yang abstrak. Remaja mampu berspekulasi. Mereka mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangkan banyak alternatif pemikiran yang lain sehingga seringkali mereka mengalami konflik pemahaman.
Internet dapat menjadi salah satu sarana remaja memperoleh informasi serta jawaban-jawaban dari masalah yang dihadapi. Internet dapat memperluas wawasan berpikir remaja. Akan tetapi, apabila seorang remaja kecanduan internet, ia menjadi terikat pada internet. Internet lalu dijadikan satu-satunya sumber kebenaran. Seorang remaja tidak lagi mampu membedakan hal-hal mana yang nyata dan hal-hal mana yang maya. Baginya yang maya juga nyata. Remaja menjadi kehilangan pola pikirnya sendiri. Pola pikirnya sangat dipengaruhi pola pikir yang ada dalam internet.

  • Perkembangan Emosional
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak bagi remaja. Ketegangan emosi meninggi karena adanya perubahan fisik dan kelanjar, pencarian identitas diri, serta konflik-konflik sosial. Selain itu, remaja sangat rentan terhadap pendapat orang lain tentang dirinya. Remaja sangat memperhatikan dirinya sendiri. Dalam diri remaja juga mulai timbul rasa cinta dan kasih sayang terhadap oranglain, khususnya lawan jenis.
Internet dapat membantu perkembangan emosi seorang remaja. Remaja dapat melampiaskan segala perasaan yang ada dalam dirinya dengan berbagai cara seperti lewat situs jejaring sosial, Facebook atau Twiter. Remaja dapat menampilkan diri sesuai yang ia inginkan dalam internet. Akan tetapi,  kecanduan internet dapat mengganggu perkembangan emosi remaja. Kecanduan internet dapat mengakibatkan gangguan mental seperti; 1) Online Intermittent Explosive Disorder (OIED), gangguan kepribadian berupa emosi yang meledak-ledak saat online; 2) Low Forum Frustration Tolerance (LFFT), mencari-cari kepuasan segera atau penghindaran dari rasa sakit dengan segera; 3) Munchausen Syndrom, membuat kebohongan, menirukan, menambah buruk suatu keadaan, atau mempengaruhi diri sendiri agar sakit dengan tujuan diperlakukan seperti orang sakit; 4) Online Obsessive-Compulsive Personality Disorder (OOCPD), gangguan kepribadian yang tergoda untuk memaksa orang lain pada saat online khususnya masalah bahasa; 5) Low Cyber Self-Esteem (LCSE) atau penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah; dan 6) Internet Asperger’s Syndrome, hilangnya semua aturan sosial dan empati pada diri seseorang, disebabkan tanpa alasan selain hanya secara kebetulan berhadapan dengan sebuah benda mati; berkomunikasi via papan tombol dan monitor pada suatu waktu.
  • Perkembangan Fisik
Seorang remaja pada masanya mengalami perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik. Perubahan-perubahan itu merupakan peralihan dari fisik anak-anak menuju fisik orang dewasa. Fisik seorang remaja bergerak menuju kematangan. Tanda paling mencolok dari perkembangan fisik remaja adalah perkembangan alat-alat genital, baik yang primer dan sekunder. Dalam hal ini internet dapat merangsang pertumbuhan fisik remaja. Situs-situs vulgar, cybersex yang berisi materi-materi yang berbahaya secara tidak langsung merangsang pertumbuhan dan perkembangan seksualitas seorang remaja. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting untuk memberi pemahaman terhadap perkembangan seksualitas remaja.Meskipun demikian,  kecanduan internet juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik seorang remaja bahkan dapat mengganggu perkembngan fisiknya. Dampak-dampak buruk itu antara lain; 1) Makan menjadi tidak teratur; 2) Tidur menjadi tidak teratur; 3) Kelelahan fisik.
  • Perkembangan Sosial
  • Pada masa remaja, seorang remaja mulai melepaskan diri dari orang tua. Mereka mulai menyesuaikan diri dengan lawan jenis. Kelompok teman sebaya sangat berpengaruh dalam pergaulan remaja.
Internet dapat membantu remaja dalam bersosialisasi. Internet memudahkan remaja menjalin relasi dengan teman ataupun lawan jenis. Jarak dan waktu tidak lagi menjadi halangan dalam hal komunikasi. Akan tetapi, sebuah penelitian menggungkapkan bahwa seorang remaja yang kecanduan internet cenderung mengalami penurunan keinginan untuk berkomunikasi secara langsung, tatap muka, khususnya dengan keluarga. Lebih dari itu, sebenarnya internet telah membatasi pergaulan seorang remaja. Remaja yang kecanduan internet hanya bisa berelasi dengan mereka yang juga mampu mengakses internet. Remaja lalu sangat selektif dalam memilih teman. Relasi remaja yang sebenarnya sangat luas dipersempit.
  1. 3. INTERNET, SEBAGAI SUMBER MASALAH ?
Banyak orang berpendapat bahwa internet membawa pengaruh buruk bagi remaja. Akan tetapi, opini ini harus dikritisi. Internet tidak selamanya berdampak negatif. Internet juga memberi banyak manfaat yang membantu perkembnagn seorang individu, khususnya remaja. Dampak negatif itu mucul ketika seorang pengguna internet kecanduan internet yang disebut sebagai Internet Addiction Disorder (IAD). Kecanduan inilah yang memunculkan dampak negatif dalam perilaku seorang pengguna internet. Kecanduan ini yang menjadi masalah dalam penggunaan internet. Adalah tugas para orang tua, pendidik, dan orang yang tahu akan bahaya kecanduan internet untuk mencegah para remaja menjadi kecanduan internet.
Berhadapan dengan pengaruh internet, apa yang akan kita lakukan demi anak-anak kita? Haruskah kita membiarkan anak-anak kita dimangsa binatang buas itu? Haruskah kita menjauhkan anak-anak kita dari binatang buas itu? Atau, Dapatkah kita menjinakkan binatang buas itu?
Kemajuan teknologi informasi telah melahirkan suatu produk baru. Namanya internet. Dia  adalah suatu jaringan global antarkomputer untuk berkomunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia. Perkembangannya sangat cepat. Kini internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Dia menjadi suatu lifestyle, bahkan way of life. Orang menggunakan internet tidak lagi sekedar untuk berkomunikasi dengan orang lain atau sekedar mengakses informasi. Lebih dari itu, banyak orang telah hidup dari internet. Internet memudahkan manusia untuk berbuat apa saja. Bahkan, ia mampu membuat suatu dunia baru, dunia maya, dunia digital.
Internet memiliki daya tarik yang besar. Berdasarkan perhitungan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) terdapat sekitar 25 juta pengguna internet di Indonesia. Peningkatan pengguna internet diprediksi akan terus meningkat sekitar 25 persen setiap tahunnya.  Hingga tahun 2015 Departemen Komunikasi dan Informatika mentargetkan sekitar 50% penduduk Indonesia sudah terhubung dan mampu menggunakan internet. Harapan tersebut sesuai dengan deklarasi World Summit On Information Society (WSIS) tahun 2003, dengan point terpentingnya adalah pada tahun 2015 sekitar 50% penduduk dunia harus memiliki akses informasi yang terhubung dan mampu menggunakan internet.
Perlu kita sadari bahwa sebagian besar dari jumlah pengguna internet di atas adalah anak-anak dan remaja. Sebuah data menunjukkan bahwa 60% pengguna internet di perkotaan berumur di bawah 30 tahun. Artinya, sebagian besar dari mereka adalah dari kalangan anak sekolah, yang masih muda, yang mungkin saja masih belum terlalu bisa memilah informasi yang ada. Ini menjadi kecemasan saya dan juga kecemasan Anda, para orang tua. Pertanyaannya sekarang apa yang harus kita perbuat?
Memberi kebebasan seluas-luasnya kepada anak untuk menggunakan internet bukanlah jawaban terbaik. Kebebasan itu bisa disalahartikan, salah dimanfaatkan sehingga internet memangsa pribadi anak kita. Nilai-nilai positif yang kita tanamkan pada diri anak bisa hilang tak berbekas. Anak-anak lalu kehilangan pegangan hidup. Bahkan, mereka bisa menjadi depresi lalu melakukan perbuatan yang membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain. Memberi kebabasan seluas-luasnya tidak menjamin anak menjadi dewasa.
Anak tidak menjadi dewasa dengan sendirinya. Ia tetap membutuhkan orang lain, terlebih orang tuanya, dalam usaha pendewasaan diri. Akan tetapi, campur tangan orang tua bukanlah seperti sel yang membatasi gerak anak. Menjauhkan anak dari internet dengan sendirinya bukan solusi yang tepat. Anak harus tanggap dengan perubahan zamannya agar kelak ia dapat menghadapi tantangan hidupnya sendiri. Karena itu, kontrol yang baik dari orang tua terhadap penggunaan internet oleh anak sangat penting.
Hal praktis apa yang harus kita perbuat? Hal mendasar menurut saya, yakni orang tua terlebih dahulu harus menjinakkan internet. Orang tua harus terbiasa dengan internet, menggunakannya sesuai dengan tujuan yang benar sehingga dapat menjadi teladan bagi anak. Jangan sampai orang tua lebih dulu dimangsa internet. Sebenarnya dalam internet ada cara-cara agar orang tua mampu membuat kontrol yang baik. Sekarang kita hanya perlu pintar-pintar menemukannya dan memanfaatkannya.
Akhirnya, saya mengingatkan Anda. Orang tua yang baik memberikan apa yang dibutuhkan anaknya, bukan yang anaknya inginkan. Ia memberi jala jika anaknya ingin makan ikan. Ia memberi cangkul jika anaknyaingin makan nasi. Ia mengizinkan anaknya menggunakan internet jika ia membutuhkan

NAMA : MA'RUF PURWO PUJASERA
KELAS :2PAO3
NPM : 10509666

2 Komentar:

Pada 12 Oktober 2010 pukul 20.56 , Blogger Unknown mengatakan...

Artikel yang sangat menarik!!

Perkembangan teknologi yang begitu cepat, sangat mempengaruhi pola pikir seseorang. Bayangkan saja, dulu kita harus jalan kaki ke rumah tetangga kalau mau mengundang rapat atau acara lainnya. Tapi sekarang, cukup dengan memainkan jari, undangan sampai dengan cepat, tanpa khawatir kalau undangannya tidak terbaca atau kabur terbawa angin. Namun segi positif dari teknologi tempo doeloe tersebut, semangat untuk bersosialisasi setiap orang sangatlah tinggi. Karena mereka harus berjalan dari rumah ke rumah, dan itu membuka kesempatan bagi mereka untuk bertemu dengan tetangga atau teman, mereka bisa say hello atau ngobrol singkat. Namun sekarang, cukup ada di dalam kamar, tanpa harus capek jalan, kita bahkan sudah bisa mengundang 1000 orang hanya dengan sekali pencet tombol, baik lewat HP atau lewat laptop. Kalau dilihat dari sudut negatifnya, sekarang anak-anak bisa dengan mudah mendapatkan video porno, baik lewat layanan di internet, atau dengan fasilitas Bluetooth yang biasa ada di HP atau di laptop. Anda sebagai orang tua, bagaimana? Sudah tahukah anda mengenai hal itu? Bila sudah atau belum, bagaimana menyikapinya?

Itu sedikit ilustrasi tentang perkembangan teknologi yang mengubah pola piker seseorang dan masyarakat. Semakin cepat teknologi itu berkembang, maka pola pikir manusia di seantero jagat raya ini pun semakin cepat berubah. Kita sebagai orang tua, yang mungkin terlalu sibuk bekerja dan segala urusan rumah tangga, sudahkah mengikuti perkembangan teknologi?

Bila anda tidak ingin buah hati anda terjerumus ke lembah hitam gara-gara pesatnya perkembangan teknologi tersebut, marilah mulai dari sekarang kita mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Perangkat teknologi yang biasa dipakai hampir semua orang adalah HP dan Laptop. Anak-anak pun sudah pandai dalam mengakses perangkat-perangakat tersebut.
Maaf...berhubung daya tampung hurufnya tidak mencukupi, anda bisa baca selengkapnya di
http://lagu2anak.blogspot.com/2010/10/menjadi-orang-tua-yang-berpikir-positif.html

 
Pada 17 Oktober 2010 pukul 12.12 , Anonymous Anonim mengatakan...

thank,,,,i like your post,,,byeee..

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda